watch sexy videos at nza-vids!
WWW.CERITAINDO.SEXTGEM.COM

Find us On Facebook and Twitter
facebook.jpg | twitter.jpg

PEMBALASAN SEORANG KEKASIH

Aku berdiri di depan mobilku sekitar 15 menit
tanpa bergerak dan hampir tidak bernafas.
Kutatap HP-ku. Aku baru saja datang dari luar
kota dan mendengar bahwa pacarku sedang
keluar sejak 2 jam yang lalu! Gila, sekarang
hampir setengah dua pagi, dan besok aku tahu
pasti kalau dia ada kuliah pagi. Dadaku sesak
karena cemburu. Yup, cemburu. Hanya insting,
tapi kuat sekali. Aku yakin dia datang. Sial! hening
sekali pagi ini.
Pacarku adalah pacar pertama yang bisa
kudapatkan di kota S ini. Dia adalah anak pertama
dari tiga bersaudara, perempuan semua. Terpaut
satu dan tiga tahun dari pacarku yang berumur
20 tahun. Mereka tinggal tanpa orangtua karena
dinas di luar kota. Aku mencintainya hampir
dengan seluruh hatiku. Sial! sakit sekali pagi ini.
Kukelilingi jalanan di kota ini perlahan. Aku sangat
tidak mengharapkan bertemu dan mendapati
kenyataan yang menyakitkan seandainya
perasaanku benar, aku sungguh tidak
mengharapkan. Hmm, sepertinya terkabul.
Sudah jam 3:15, dan aku tidak memergoki mobil
rival sialanku di jalan. Kutepikan mobilku, kuambil
HP-ku, sekedar checking, siapa tahu sudah di
rumah! Redial.. “Hallo..” suara lembut menyapa.
Hmm Aya pikirku.
“Hey, belum tidur?” sahutku.
“Hey.. Benni? eh Lia belum pulang tuh,”
sergahnya gugup.
“Hm?” lidahku beku, amarah merayapiku.
“Kalo gitu aku tunggu di depan rumah kamu..
pengen liat pulang jam berapa dan dengan siapa,”
lanjutku ketus.
“Jangan marah Ben..”
“Tidak..”
Kupacu mobilku ke arah utara. Sambil menyetir
kubuka laci mobil, mencari sesuatu. Ahh ini dia,
sebotol Smirnoff, tinggal setengah. Biasanya
kusimpan untuk iseng. Hmm, kubuka dan
kuteguk isinya. Shit! Tenggorokanku terasa di
amplas. Hmm, hati kecilku berteriak, “Hey? mau
ngapain lo? Mabok karena cewek? norak!” Ahh,
peduli setan pikirku. Paling tidak aku bakal bisa
menset diriku agar kelihatan agak cuek. Hmm
yup.. norak nih.
Setibanya di depan rumah Lia, aku hanya
mematikan mobil, membuka jendela pintu, dan
mencoba menghirup nafas dalam-dalam.
Kumundurkan kursi mobil dan mulai
memejamkan mata. Ah ada rasa terkhianati
memenuhi kerongkonganku. Huh, tambah
suntuk. Kucoba meneguk sekali lagi. Ahh sudah
kosong?! Apabila dalam keadaan normal
harusnya aku bisa tertidur sekarang. Kubuka
kembali laciku untuk mencari rokok. Saat itu aku
benar-benar lebih mirip orang hendak piknik
daripada seseorang yang sedang cemburu. Uuh!
Tiba-tiba..
“Ben..” kuputar kepalaku keluar.
“Aya..? Hai..” sahutku lirih.
“Ben.. Lia belum pulang tuh.”
“Tidak papa. Kutunggu aja di sini.” Kubuka pintu
kiri mobil dan kuminta dia untuk masuk.
“Aku pengen ngobrol.” Ah aku tidak bisa tau
apakah aku sedang mabuk atau cemburu yang
amat sangat saat itu. Kucoba mencari tahu
dengan siapa pacarku pergi. Awalnya Aya sangat
tertutup. Tapi setelah aku memintanya berterus
terang dengan memelas akhirnya semuanya
meluncur lancar dari bibirnya. Melas? yup topway
for top loser. Ternyata Lia sudah menduakan aku
sejak lama. Huh! Tolol sekali dan lebih tolol lagi
aku sekarang mabuk? bukan untuk perayaan atau
kesedihan tapi ketololan. Aku sangat marah.
Kupukul beberapa kali dashboard mobil. Aya
sangat ketakutan melihatnya. Cepat aku tersadar
dan meminta maaf padanya. “Ben masuk aja
yuk.. tidak enak di liat securiti perumahan,”
katanya. Kupandangi wajahnya. “Aya.. sori ya?”
kataku sambil memegang tangannya. Ada sedikit
rasa kaget di wajahnya. Mungkin juga di
wajahku.
Segera aku keluar dari mobil untuk menutupi rasa
malu. Aya menyusulku. Ternyata ia memakai
celana pendek. Sengaja aku berjalan perlahan.
Pikiranku berubah saat itu. Alkohol
mempengaruhi nalarku. Kuperhatikan dengan
seksama pinggulnya saat berjalan ke pintu
rumah. Hah, aku terangsang! Sewaktu ia
memutar handel pintu sengaja aku pura-pura
melihat mobilku dan menabraknya. Ah harum
sekali rambutnya. Aku semakin ereksi. “Maaf
Aya..” sahutku pelan sambil memegang
pundaknya.
“Eh? kamu baru minum?”
“Eehh,” sahutku, aku tak tahu pasti itu jawaban
atau erangan.
Aku duduk di sofa ruang tamu.
“Aya.. duduk sini juga ya?” kataku pelan tetap
dengan muka memelas.
Ia mengangguk pelan, dan duduk di bawahku.
Otakku berputar keras melawan alkohol
bagaimana bisa menyentuhnya untuk
memuaskan egoku saat itu. Sambil ngobrol
kudekatkan jari kakiku ke betisnya. Kadang
kugerakan perlahan sehingga menyentuh lutut
dan pahanya. Ah, putih sekali, dengan tinggi 165
cm berat 50 kg Aya kelihatan sangat sexy. Hey, ia
tidak menggeser posisi duduknya.
Segala macam obrolan kukeluarkan supaya ia
teralihkan dan tidak sadar menjadi objek abuse
kecil-kecilanku. Hmm, kemaluanku semakin
mengeras. Kuubah posisiku menjadi berbaring
sehingga kepalaku lebih dekat dengannya. Tapi
yang lebih penting tanganku bisa bebas.
Kupermainkan karpet. Kadang “secara tidak
tersengaja” jariku menyentuh pahanya. Aya
terkesiap. “Ben kubikinkan minum ya?” sambil
berdiri ke arah dapur. Aku hanya mengangguk.
Huh, aku tidak bisa berpikir sehat lagi. Kususul ia
ke dapur. Tampaknya ia tak melihatku. Lalu aku
berdiri di belakangnya. Kuhirup bau wangi
rambutnya. Aya dengan kaget memutar
kepalanya sehingga bibirku menyentuh
hidungnya.
“Eh sori..” kataku, lalu kupegang pundaknya.
“Aya.. ada yang mau kubicarakan. Beri waktu
satu menit bila kamu tidak suka kamu boleh jalan
ke depan dan ngelupain, ok?” Ia mengangguk
pelan.
Lalu perlahan aku seakan mau membisikkan
sesuatu, kupegang kepalanya lalu kucium
bibirnya pelan. Ia sedikit berontak tapi kueratkan
tanganku di kepalanya. Setelah sekitar 5 detik
mulai kukulum bibir bawahnya. Tak ada reaksi.
What the hell! toh aku sedang memuaskan diriku
sendiri. Tak lama bibirnya mulai terbuka. Bagus
kini lidahku bisa ‘bicara’. Kumasukan lidahku ke
dalam bibirnya. Perlahan sekali kucari langit-langit
mulutnya. Kusapukan lidahku di sana. Ia mulai
mengerang. Aku merasa ia mulai mengeluarkan
lidahnya (thanks.. the access is granted, sorakku
dalam hati). Kuhisap pelan lidahnya lalu kulepas
lalu kuhisap lagi, begitu selama 3-4 kali sambil
kuturunkan tanganku ke pinggulnya ke pantatnya.
Aahh, kunikmati setiap gerakan yang kubuat.
Sekali lagi aku hanya ingin memuaskan diriku
sendiri. Kuusap pelan pantat Aya. Lalu ke arah
paha di bawah pantat. Nafasnya mulai memburu.
Aku merasa seperti ada selimut birahi
membungkusku. Lalu kuselipkan tanganku ke
dalam kaos longgarnya. Kuusap punggungnya
beberapa kali, sambil terus mengulum lidahnya.
Kucoba melepas tali branya. Aah berhasil. Tiba-
tiba ia seperti tersadar. Gawat! Aku mesti lebih
cepat bertindak sebelum akal sehatnya menguasai
dirinya. Kutarik pelan tangannya ke arah ruang
tamu. Kukecilkan lampu sampai redup lalu
kududukan ia di sofa. Ia hanya memandangiku
saat aku berlutut di depannya. Kubelai pipinya lalu
kumulai lagi ritual seperti tadi. Kali ini tidak hanya
punggung tapi perut dan sesekali kusentuh
payudaranya. Bra yang menggantung ini sangat
merepotkan. Tapi kalau aku memintanya melepas
bra, resikonya ia akan sadar. Lalu sambil terus
mengulum lidahnya kudorong perlahan Aya ke
belakang. Dengan posisi tidur aku lebih mudah.
Kualihkan lidahku ke arah belakang telinganya.
Aya terpejam. Nafasnya masih memburu, lalu
lehernya dengan tiba-tiba kubuka T-shirtnya.
Langsung kujilat dadanya. “Oooh Ben.. eggh,”
desisnya.
Kuangkat branya. Kupandangi payudaranya yang
putih dan padat dengan warna coklat terang di
sekitar putingnya. Kukecup perlahan putingnya.
Aya menggelinjang pelan. Lalu mulai kusapukan
lidahku dari bawah payudaranya membuat
lingkarang kecil yang semakin besar. “Aahh..
ohh,” bisiknya perlahan. Kesentuh payudara
kanannya dengan tanganku. Kubiarkan jemariku
diam sebentar di sana. Kemudian mulai kuusap
lembut. “Aaahh.. sshh..” lirihnya. Lalu mulai
kujilat bergantian kedua payudara berukuran 34D-
nya. Kulit tubuhya sangat lembut dan kontras
sekali dengan redupnya lampu. Aku menjadi
sangat bernafsu ketika melihat pinggulnya yang
ramping. Lalu jilatanku mulai kugeser pelan ke
arah perut. Aya menggelinjang sambil berdesis.
“Ssshh.. sshh..” hmm aku bisa ejakulasi lebih
cepat bila melihat wanita dalam keadaan high
seperti ini. Sambil terus menjilati pusarnya aku
mulai meraba pahanya. Tanganku mengelus
perlahan mulai dari lututnya sampai setengah
pahanya. Begitu pahanya secara naluri membuka,
aku tak menyia-nyiakan untuk mengelus lebih
dalam lagi sampai ke pangkal pahanya. “Aaahh..
shh aaw..” jeritnya ketika aku mulai menyentuh
liang kemaluannya. Hmm, ternyata sudah basah.
Half done. Lalu mulai bibirku kusapukan ke arah
bawah pusarnya. “Aeerrhh aahh sshh,” Aya
mulai membuka lebar-lebar pahanya. Lalu aku
merubah posisi. Lututnya mulai kujilat sambil
tanganku meraba pangkal pahanya.
Gerakan lidahku semakin kupercepat sambil
mengarah ke arah liang kemaluannya. Tapi celana
dalam itu sangat mengganggu. Kucium liang
kewanitaannya dari luar. Kugigit pelan gundukan
kecil itu. Ah bagus tidak berbau. Lalu perlahan-
lahan kuturunkan celana pendek dan celana
dalamnya. T-shirtnya tetap kubiarkan. Sengaja
aku tidak membuat Aya telanjang bulat sehingga
ia masih merasa nyaman. Begitu aku melihat
liang kewanitaannya, nafsuku naik berlipat-lipat.
Langsung kuterkam kemaluan Aya sambil kucari-
cari letak klitorisnya. Begitu dapat langsung
kupermainkan dengan lidahku. “Aawwhh.. oohh..
ohh.. ohhss.. aawww..” eranganya terdengar
seperti tangisan kecil bagiku. Aku seperti
kesetanan sewaktu menjilati liang kemaluannya.
Tanganku tetap menjaga kedua pahanya agar
tidak menjepit kepalaku supaya aku tetap bisa
mendengar erangannya. “Aaasshh.. aawww..
aawww..” lalu kuarahkan lidahku ke arah lubang
liang kemaluannya. Kuayunkan kepalaku berkali-
kali. Agh.. pusing. Alkohol sialan. Lalu kuhentikan
dan aku berdiri sejenak. Kubiarkan Aya tersengal-
sengal selama 2-5 detik sambil kuperhatikan
wajahnya. Ia mulai membuka matanya, lalu
kubuka bajuku dan kulepas kancing celanaku.
Kucium bibirnya sambil kutuntun tangannya ke
arah batang kemaluanku. Aya langsung meremas
batang kemaluanku. Nafasnya masih tersengal-
sengal.
Setelah kukulum bibirnya beberapa saat aku
berdiri di atasnya. Kubuka celanaku. Kukeluarkan
kejantananku. Aku ingin ia melihat diriku berkuasa
atas dirinya, total! Lalu kugeserkan kemaluanku ke
wajahnya. Ia memalingkan mukanya ke arah
berlawanan. Ok, no problem. Lalu kugeserkan ke
lehernya, ke payudaranya, terus turun ke
perutnya, lalu ke pahanya, lalu ke liang
kemaluannya. Kuputar-putarkan ke arah
lubangnya. “Aaawww.. sshh.. shh..” nafasnya
kembali memburu tetapi pahanya kembali
membuka. Sengaja tak kumasukan agar aku bisa
lebih lama menikmati saat-saat ini karena bagiku
inilah saat sesungguhnya aku bisa mendapatkan
penyerahan total bukan sewaktu bercinta atau
orgasme. Tanganya mulai menggapai sandaran
sofa di atasnya. “Aaawww.. sshh sshh” desisnya.
Lalu aku mulai mengatur posisi diriku. Kedua
pahanya kuangkat dengan setengah jongkok aku
mulai melakukan penetrasi sedikit demi sedikit.
Setiap centimeternya kulakukan dengan sangat
perlahan. “Aaawww.. ashh.. shh..” Aya mulai
mengernyitkan alisnya. Tangan kananku kupakai
untuk menopang badanku dan tangan kiriku
meraih pinggulnya. “Aawwss.. sshh.. Benni
jaangaann..” bisiknya lirih. Hey.. sudah sangat
terlambat sayang. Kubenamkan seluruh
kejantanaku ke liang kemaluannya. Hmm.. hangat
sekali. Apalagi aroma tubuhnya memancarkan
bau yang merangsang. Mungkin ia memakai
baby cologne.
Aku seperti mendapati ruang kosong dalam liang
kemaluannya. Tetapi di pangkal batang
kemaluanku, aku merasakan jepitan yang sangat
keras. Lalu mulai kuayunkan pinggulku perlahan-
lahan. “Aawww.. aass.. shhs.. shh.. shh..” setiap
kumajukan pinggulku ia mendesis-desis. Lalu
kutopang badanku dengan tanganku. Aku melihat
gerakan payudaranya yang memutar seirama
dengan gerakanku. Wajahnya memerah. Bibirnya
membuka. Kedua tangannya menekan pantatku.
Lalu semakin kupercepat gerakanku. “Aasshh..
sshh.. shh..” jeritnya. “Ayaa.. uuh.. uhh.. uhh..”
erangku. Tiba-tiba aku merasa kalau aku hampir
orgasme. Sekilas wajah Lia di bayanganku. Lalu
bagaimana aku mencintainya, bagaimana aku
terkhianati, aku menjadi liar, ku pegang
pinggulnya dengan kedua tanganku. Lalu
kupercepat gerakanku seperti kesetanan. “Aaass..
sshh.. sshh..” kubekap mulutnya dengan bibirku
agar suaranya tidak terdengar. Lalu kurasakan
tanganya semakin keras mencengkeram di
pantatku. “Aayyaa.. sshh.. uuhh..” aku tak tahan
lagi. Kukeluarkan semua spermaku di dalam liang
kewanitaannya. “Aaarrhh.. arrhh..” kucengkeram
pinggulnya sampai ia meringis kesakitan.
Tampaknya ia tak perduli. Disilangkan kakinya ke
pinggulku sampai aku tak bisa bergerak lagi.
“Aasshh.. aahh.. Benn.. ehh..” tampaknya Aya
telah orgasme. Tangannya terkulai di samping
tubuhnya. Kakinya masih menjepit tetapi tidak
sekeras tadi.
Setelah yakin semua spermaku telah keluar aku
mulai melepas pelukannya. Langsung aku berdiri.
Kukancingkan celanaku, kuambil bajuku. Aku
melakukannya sangat cepat. Lalu aku pergi ke
dapur untuk mencuci muka. Kulihat mukaku di
cermin. Hmm, wajahku masih merah. Tapi aku
sudah puas. Kemarahanku pun sangat reda.
Kuambil sebatang rokok. Kunyalakan sambil
kembali ke ruang tamu. Tampaknya Aya masih
belum berbenah. Lalu kuraih celananya dan
kuberikan padanya. Ia tertegun. Lalu cepat-cepat
dikenakannya sambil menunduk. “Benn..”
tegurnya. “Ssst..” jawabku sambil mencium
pipinya. Kembali kuputar dimmer untuk
menerangi ruang tamu. Kulihat foto pacarku
bersama keluarganya. Tak ada perasaan dendam
lagi. Tak ada perasaan bersalah.
“Aya.. aku pulang dulu ya?” kataku sambil
berjalan ke arah pintu.
“Ben..” panggilnya lirih.
“Aya besok lusa aku telpon kamu oke?”
Ia tak menjawab. Aku pun tak bisa mengira-ngira
apa yang sedang ia pikirkan, mungkin aku tak
mau. Kustater mobilku dan melaju ke luar
perumahan menuju jalan raya. Kunyalakan
radioku. Entah siapa yang membawakan tapi lirik
lagu itu menjadi inspirasiku.
“I’m in somebody’s shadow In someone else’s
dream You’ll never find me unless I want to be”
Kuhirup nafas dalam-dalam. Ada perasaan sedih
merayap di hati.


Adult | GO HOME | Exit
1/897
U-ON

inc Powered by Xtgem.com